Rabu, 28 Desember 2011

Bayang di kolam

(Text by Akhmad Baihaqi Arsyad, Image By Visualizeus)
Permukaan air kolam-tenang menjawab pandang dengan bayang. Bayangan kadang membentuk lekuk, dari daun kering yang menelusuk masuk sebagian.



Gelombang hanyut melawan titik ujung daun. Bergerak mengarak lekukan air ke tepian. Sebatas itulah caraku mengawang-awang bayangmu. Kemudian kuakhiri dengan melemparkan diri ke kolam itu.

Semarang. 13.12.2011
Selengkapnya...

Kutulis namamu pada sebaris kalimat dalam buku catatanku,

(Text by Akhmad Baihaqi Arsyad, Image by Visualizeus)
Ada jejak-jejak yang berpijak, tertinggal bersama tanggal-tanggal ajal. Hujan selalu datangkan[ku] cerita tentang kita. Cerita ketika kita rapatkan jarak mata, lantas kau katakan; aku melihat diriku di pupilmu.
Tanpa kau tanyakan tentang apa yang kulihat.
Sesekali aku datang, menjajaki tempat-tempat pencil yang sempat memanggil ingin. Seketika itu datang namamu, bersama tangis, tawa juga iba.
Lantas kutulis namamu pada sebaris kalimat dalam buku catatanku, agar suatu saat bisa kubaca, kukirimkan kembali, kuhapus lagi atau bahkan kubuang berikut catatanku itu.

Semarang, 29.11.2011
Selengkapnya...

Teruslah malu

Kutemui kata tersembunyi di balik tatapanmu, yang sesekali kau mengkatakan itu bersama sedikit malu, meski tiada sadari.


malumu itu teka-teki, kumainkan tanpa suara. Dan aku sengaja diam bersama malumu, biar kau tak tahu bahwa aku tahu. Itu menyenangkan bukan?
Teruslah sembunykan itu, teruslah malu, teruslah… dan aku...

Semarang, 08.12.2011
Selengkapnya...

Pengabdian dan Penelitian

Oleh Akhmad Baihaqi Arsyad, Mahasiswa Jurusan Tadris Kimia
IAIN Walisongo Semarang

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu kegiatan wajib bagi mahasiswa, yaitu sebagai salah satu syarat kelulusan. Dengan kata lain, KKN menjadi bagian integral dari perkuliahan.

KKN sekaligus sebagai pengaplikasian dari salah satu Tri Dharma perguruan tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat. KKN dicitakan sebagai ajang pengabdian mahasiswa kepada masyarakat secara langsung. Mahasiswa terjun langsung di dalam masyarakat untuk memahami kebutuhan dan persoalan masyarakat serta bagaimana solusinya.


Lantas bagaimana jika KKN lebih ditambah fungsinya?, misal saja, KKN sebagai sarana pengaplikasian keilmuan sekaligus penelitian. Jadi dengan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa juga dituntut untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari dalam perkuliahan.

Praktiknya, peserta KKN dalam satu lokasi adalah mahasiswa sejurusan. Dan lokasi yang dipilih memiliki keterkaitan dengan bidang keilmuannya.
Semisal pada daerah tertentu mempunyai masalah dengan keberadaan limbah pabrik. Nah, di sinilah peserta KKN dari jurusan kimia ditempatkan. Mereka dapat mengabdi dengan membantu mencarikan solusi mengenai limbah yang telah mencemari masyarakat tersebut. Jadi program kerja mereka sudah jelas, yaitu meneliti kandungan limbah tersebut sehingga dapat mencari solusi dan juga penanggulangannya.

Contoh lain yaitu peserta KKN dari jurusan agama dapat ditempatkan di lokasi yang barangkali penduduknya tengah mengalami perselisihan agama. Peserta dapat berperan serta dalam penyelesaian masalah tersebut, tentunya dengan dasar ilmu yang telah dipelajari dalam perkuliahan. Dan peserta KKN dari jurusan lain dapat ditempatkan dengan cara serupa.

Dengan begitu, KKN akan menjadi wujud pengabdian kepada masyarakat dengan implementasi keilmuan dan penelitian. 

Dimuat dalam SUARA MERDEKA cetak edisi 05 November 2011

Selengkapnya...

Udara dan Jarak

(Text by Akhmad Baihaqi Arsyad, Image by Visualizeus)
Jika jarak memisah pijakmu dan ku,
maka ijinkan aku jadi udaramu,
Bagi udara, jarak tak kuasa mencipta tabir diantara kita.
Jarak tak ada daya, tak ada, mati.
Kau masih bernapas bukan?


dan anggaplah itu aku, udaramu,
lantas kuanggap kau butuh, butuh yang candu
Saat rinduku mengudara,

Pun ku ijinkan pula kau,
Saat kau rindu,

Semarang, 10.2011
Selengkapnya...

Bulan dipertengahan Oktober

Bulan bulat, bulat putih susu. Bintang bersanding(an) di tenggara tepat. Menakar jarak dengan perkiraan mataku yang kututup satu, satu sentimeter.
Gerimis malam, kecil titik, meletik. Kutungkupkan tangan, tiupkan udara, hangat. Memandang bintang titik di tenggara bulan bundar putih. Saling bercumbu. Kali tiga, tengah malam. Dan rindu.

Semarang, 15-17.10.2011
Selengkapnya...

Sebait Sajak Untukku

Meski aku terdiam,
waktu akan terus berjalan,
maka aku musti berlari,
dan waktu akan mencatat segalanya,

tentangku.

Semarang, 10. 2011
Selengkapnya...

Gerimis

Dan aku selalu lega kala gerimis tiba,
Imajiku bebas bermain lewat rintik yang tertangkap mata dan telingaku,

Lantas tak ada yang melarangku,
Mengeja garis-garis gerimis menjadi bayangmu,
Mereka-reka terpaan angin menjadi gerak tubuhmu,
Menerka-nerka cipratan air menjadi suaramu,
hingga aku melihat, mendengar dan bertemu
... menjelma gerimis.

Semarang, 10.2011
Selengkapnya...

Seperti

Seperti daun,
Tumbuh, tambah
Meranggas dan jatuh
Bersetubuh dengan tanah,
Menyisakan tangkai


Seperti bunga,
Kuncup, mekar,
Kelopak jatuh mengering,
Bersetubuh dengan tanah,
Menyisakan buah

Seperti manusia?
Percumbuan antara waktu dan laku

Semarang, 04.2011
Selengkapnya...

Dosa

Kenalkanlah aku kepada dosa,
pahamkan aku tentang dosa
bimbinglah aku ke arah dosa,
kan kunikmati

Setelah kunikmati,
sadarkanlah aku tentang kenikmatan dosa,
dan ajari aku tentang cara memperlakukan nikmat dosa,
kurasa itulah kenikmatan

Semarang, Juni 2011
Selengkapnya...

Bukti

Duga itu semu,
dekat adalah bukti

Aku telah membuktikanmu,

Kudus, Februari 2011
Selengkapnya...

Pesonamu

Kurasa memeng harus begitu,
Ketika merunduklah pesonamu

Semua terwakili nurani

Kudus, Februari 2011
Selengkapnya...

Rupa Rindu Separuh Pagi

Kemarau silau risau
Larung lebam lara
Silam cekam malam
Rindu rupa rapuh
Angin antar arif


Titah luluh mengarah angkuh
Batu buta berada

Ketika kubantah petuahnya,
Aku separuh pagi,

Semarang, Januari 2011
Selengkapnya...

Pintu,

Besok harus beranjak dari sini!, waktu

Itu pintunya, mau keluar?
Kau harus lewat pintu depan,
Yang belakang tak mungkin kau jangkau.

Hendaknya sekarang jangan dibuka dulu,
Mata hatimu masih samar jangkau kejauhan bukan?,

Sebab aku melihat gumpalan debu di sudut selaput
Itu ada air yang akan berdo’a jika kau jamahkan ayat, basuhlah!
Sudah?
Ah… Itu, masih ada debu setitik, sayang jika tertinggal
Jangan diabaikan, sebab kelak akan terlipat,
Gatal dan akan lecet jika kau garuk.
Nah… sekarang sudah,
Sudah mantap tuk menatap kan?, tentunya kini kau telah mampu pandang kejauhan

Jangan lupa siapkan saku di kantong hatimu ya, untuk besok
Itu saja cukup, yang lain tak usah kau bawa

Sekarang sudah esok, setelah kemarin,
Dan kau harus melewati pintu itu.
Ya, sekarang bukalah!

Setelah kau lewati pintu itu, ternyata kau tak keluar,
Namun berpindah masuk ke rumah baru yang hampir sama
Hanya saja yang semula pintu jati menjadi mahoni
Rumah baru.

Akan kau tata seperti apakah rumah ini?
Yang jelas rumah lamamu hanya dapat kau pandang saja,
Akankah kau tata seperti rumah lamamu?
Hasrat dan milik, mu.

Jangan lupa, manfaatkan saku yang telah kau bawa
Nikmati dan hiasi rumahmu ya,

Bersiap- siaplah!
Akan tiba besok dan esok yang lain
Hingga tiba esok pada pintu terakhir, untuk sebuah rumah awal, yang tak ada lagi pintu depan dan tak ada lagi esok.

Semarang, 31 Desember 2010, Saat Malam Indah…
Selengkapnya...

Relung

Kutengok tiap relung singgahku lalu
Sejeda nafas, walau sebatas melirik
Garis yang tergarisi tapakku

Kiri, seteguk ludah yang kadang membuat mual perutku
Itu fatamorgana namun pernah nyata


Kanan, setetes air merembes celah kulit pipi
Itu bayang merupa namun pernah dirasa

Tiap kali tengokan, senada di garis yang sama

Lalu kapan relung terakhirku?

Dan itu…


Semarang, November 2010
Selengkapnya...

Tiga Kata

Telah lama tiga kata tak mampu mendobrak asa tuk berkata
Pagi- petang hilir lalu, gumaman pun pulas
Hingga tengah terik angka 20 dan 11 tadi, pula lepas, kata itu
Entah mengapa kali ini tak mampu hadang sang kata, aku
Bahkan pun gumaman bak tak berada


Tiga kata berkata padaku “Aku akan selalu menjadi kata darimu,
-Namun di pelukan pendengar katamu, ku ingin singgah”
Lepaslah sang kata, dan tersadar aku
Kata lepas tak bergumam, namun senyumkan seseorang untukku

Gumaman bak tak berada kini sungguh tak ada, dalam aku
Lenyap karena lega berlagu, senyumku berkaca senyumnya

Tiga kata sedang dalam peluknya

Semarang, 20-21 November 2010

Diterbitkan dalam Majalah Sastra Soeket Teki edisi V
Selengkapnya...