Rabu, 28 Desember 2011

Pintu,

Besok harus beranjak dari sini!, waktu

Itu pintunya, mau keluar?
Kau harus lewat pintu depan,
Yang belakang tak mungkin kau jangkau.

Hendaknya sekarang jangan dibuka dulu,
Mata hatimu masih samar jangkau kejauhan bukan?,

Sebab aku melihat gumpalan debu di sudut selaput
Itu ada air yang akan berdo’a jika kau jamahkan ayat, basuhlah!
Sudah?
Ah… Itu, masih ada debu setitik, sayang jika tertinggal
Jangan diabaikan, sebab kelak akan terlipat,
Gatal dan akan lecet jika kau garuk.
Nah… sekarang sudah,
Sudah mantap tuk menatap kan?, tentunya kini kau telah mampu pandang kejauhan

Jangan lupa siapkan saku di kantong hatimu ya, untuk besok
Itu saja cukup, yang lain tak usah kau bawa

Sekarang sudah esok, setelah kemarin,
Dan kau harus melewati pintu itu.
Ya, sekarang bukalah!

Setelah kau lewati pintu itu, ternyata kau tak keluar,
Namun berpindah masuk ke rumah baru yang hampir sama
Hanya saja yang semula pintu jati menjadi mahoni
Rumah baru.

Akan kau tata seperti apakah rumah ini?
Yang jelas rumah lamamu hanya dapat kau pandang saja,
Akankah kau tata seperti rumah lamamu?
Hasrat dan milik, mu.

Jangan lupa, manfaatkan saku yang telah kau bawa
Nikmati dan hiasi rumahmu ya,

Bersiap- siaplah!
Akan tiba besok dan esok yang lain
Hingga tiba esok pada pintu terakhir, untuk sebuah rumah awal, yang tak ada lagi pintu depan dan tak ada lagi esok.

Semarang, 31 Desember 2010, Saat Malam Indah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar